Halaman

Selasa, 02 Juli 2013

Catatan Kecil dari Seorang Kader

PASOPALA (Pelajar SMAN 1 SOOKO Pecinta Alam)
Sebuah nama, berjuta cerita.

PASOPALA..
Tiap denger kata PASOPALA, mesti keinget perjuangan kita.
Debat sama senior atau junior yang beda pendapat dan argumen kita. Ada sedih, ada seneng, ada juga yang bikin persaudaraan kita rada janggal. Tapi kita tetep saudara selamanya.. (Ada adat yang ngelarang sesama kader PASO menjalin hubungan cinta-cintaan)
Ngadepin pak kepala sekolah dan guru2 buat memperjuangkan proposal. Sidang di ruang meeting yang gak bakal terlupakan.. (Karna kesalahan konyol kita, maklum anak muda pak bu :D)
Sabar nerima ejekan dari komunitas lain yang kurang terima kalo kita selalu berkumpul dimana-mana dan memecah kesepian dengan keramean kita -yang kadang berlebihan- (Buat yang suka neror anak PASO dengan kata-kata yang kuran sedaap, jangan berhenti menyayangi kita ya, karna sayang yang berlebihan, kalian sampek neror segala? :D)
Terlalu banyak cerita yang buat kita smakin menggilaaa…

Perjuangan selalu berbuah kebaikan
Akhirnya kita punya ‘SEKRETARIAT’ yang sangat kita idamkan :) (Kok gak dari dulu ngasihnya paaakk.. Angkatanku gak bisa merasakan indahnya punya sekretariat, hehe)
Dulu kita suka berkhayal punya sekretariat rumah pohon di lapangan volly, kita panen menrte trus dibakar bareng-bareng » Pesta menteee :D (padahal gak becus bakarnya, jadi pait rasanya :p)

Yang penting, pesen saya buat adek-adekku tercintah (pesen nasgor gak pake nasi :p)
- Jaga nama baik PASOPALA
- Jangan lupa sama senior
- Jangan semena-mena sama junior
- Hargai sekolah kita, pak kepsek, guru-guru, pak laman, bu laman, pakdhe soto & Emak pecel
- Kalo ngajuin proposal, pasang tampang memelas biar sukses :p
- Sekretariat kudu di jaga. Bersyukurlah :)
- Buktikan bahwa PASOPALA bukan hanya komunitas HURA HURA. Tapi PASOPALA adalah KELUARGA bahagia & Sejahtera :D
- Kalo ada acara, undang kita-kita :p

Met ultah PASOPALA…
Dengan kekuatan Allah, Alam akan menghukum para perusak bumi kita


07 - T.W.P (Sekum 07)
Ditulis pada 20 September 2009

Jumat, 08 Maret 2013

"Selamat Ulang Tahun"



Kamu boleh terus percaya bahwa kemarin… besok… lusa… dan hari-hari sesudah itu… aku masih di sini. Menunggu kamu mengucapkan apa yang harusnya kamu ucapkan.. berjam-jam yang lalu:
“Selamat Ulang Tahun”
---------000-----------


Ribuan detik kuhabisi
Jalanan lengang kutentang
Oh, gelapnya, tiada yang buka
Adakah dunia mengerti?

Miliaran panah jarak kita
Tak jua tumbuh sayapku
Satu-satunya cara yang ada
Gelombang tuk kubicara

Tahanlah, wahai waktu
Ada “Selamat Ulang Tahun”
Yang harus tiba tepat waktunya
Untuk dia yang terjaga
Menantiku

Tengah malamnya lewat sudah
Tiada kejutan tersisa
Aku terlunta, tanpa sarana
Saluran tuk kubicara

Jangan berjalan, waktu
Ada “Selamat Ulang Tahun”
Yang harus tiba tepat waktunya
Semoga dia masih ada
Menantiku

Mundurlah, wahai waktu
Ada “Selamat Ulang Tahun”
Yang tertahan tuk ku ucapkan
Yang harusnya tiba tepat waktunya
Dan rasa cinta yang s’lalu membara
Untuk dia yang terjaga
Menantiku
 
---------000-----------
 
Hai,
Aku sedang menebak-nebak, kira-kira prosesi apa yang tengah kamu siapkan. Kamu selalu tergila-gila berprosesi. Segala sesuatu harus dihantarkan dengan sempurna dan terencana. Perayaan dan peringatan menyesaki kalender kita sepanjang tahun, dan tidak pernah kamu bosan, bahkan kamu semakin ahli. Malam ini kamu menantangku berhitung dengan stop-watch. Teleponku akan bordering tepat setengah jam lagi. Sungguh, kamu sudah sehebat itu. Janjimu adalah matahariku yang terbit dan terbenam tanpa pernah keliru.
Sambil menunggu, izinkan aku berkelakar mengenai kamu dan sayap. Sejak kepindahanku ke negara lain, kamu terobsesi dengan segala makhluk bersayap. Kamu percaya bahwa manusia bersayap adalah hibrida termulia, di atas manusia bersirip dan berinsang. Aku ingin percaya kamu cukup cerdas untuk tidak mencoba terbang kemari. Kalaupun itu bisa terjadi, aku khawatir kamu mati lemas di jalan lalu jatuh ke laut. Dimakan hiu. Dan jadilah kalian berdua hibrida yang luar biasa. Manusia bersayap di dalam perut makhluk bersirip berinsang.

Dengan caramu mengagungkan momentum, kamu membuatku ikut percaya betapa sakralnya tiupan terompet tahun baru yang harus jatuh tepat pada hitungan 00.00. kamu membuatku percaya pada poin tambahan jika memperlakukan hidup seperti arena balap lari. Namun, kepercayaanku pada arena itu luruh dalam satu malam karena kegagalanmu mencapai garis finis. Lihatlah detik itu, jarum jam itu, momentum yang tak lagi berarti di detik pertama kamu gagal mengucapkan apa yang harusnya kamu ucapkan… lima menit yang lalu…

Aku tidak tahu kemalangan jenis apa yang menimpa kamu, tapi aku ingin percaya ada insiden yang cukup dahsyat di dunia serbaseluler ini hingga kamu tidak bisa menghubungiku. Mungkinkah matahari lupa ingatan lalu keasyikan terbenam atau terlambat terbit? Bahkan, kiamat pun hanya bicara soal arah yang terbalik, bukan soal perubahan jadwal. Sedangkan malam ini terjadi absurditas, ya absurditas. Malam ini dimana kamu terlambat mengucapkan apa yang harusnya kamu ucapkan… satu jam yang lalu…
Suatu waktu nanti, saat kamu berhenti percaya manusia bisa punya sayap selain lempeng besi yang didorong mesin jet, saat kamu berhenti percaya hidup lebih bermakna bila ada wasit menyalakkan aba-aba “1,2,3”, kamu boleh terus percaya bahwa kemarin… besok… lusa… dan hari-hari sesudah itu… aku masih di sini. Menunggu kamu mengucapkan apa yang harusnya kamu ucapkan.. berjam-jam yang lalu:
“Selamat Ulang Tahun”


Cerita "Selamat Ulang Tahun", dalam novel karya Dee 'Rectoverso'

Rabu, 27 Februari 2013

Curhat Buat Sahabat

Sahabatku, usai tawa ini
Izinkan aku bercerita

Telah jauh, kumendaki
Sesak udara di atas puncak khayalan
Jangan sampai kau disana

Telah jauh, kuterjatuh
Pedihnya luka di dasar jurang kecewa
Dan kini sampailah, aku disini…

Yang cuma ingin diam, duduk di tempatku
Menanti seseorang yang biasa saja
Segelas air ditangannya, kala ku terbaring… sakit
Yang sudi dekat, mendekap tanganku
Mencari teduhnya dalam mataku
Dan bebisik : “Pandang aku, kau tak sendiri, oh dewiku”
Demi tuhan, hanya itu yang
Itu saja yang kuinginkan

Telah lama, kumenanti
Satu malam sunyi tuk kuakhiri
Dan usai tangis ini, aku kan berjanji….

Untuk diam, duduk di tempatku
Menanti seorang yang biasa saja
Segelas air ditangannya, kala kuterbaring… sakit
Menentang malam, tanpa bimbang lagi
Demi satu dewi yang lelah bermimpi
Dan berbisik : “Selamat tidur, tak perlu bermimpi bersamaku”

Wahai Tuhan, jangan bilang lagi itu terlalu tinggi :)


Curhat Buat Sahabat, By : Dewi Lestari
@Rectoverso